Text
Parakan Living Heritage
Di Pecinan Parakan, kita menjumpai warisan budaya yang diam tanpa kehebohan promosi. Warisan budaya itu hidup natural, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Menjadi living heritage.
Banyak keluarga Peranakan Tionghoa yang masih menjalankan tradisi sembahyang di altar leluhur keluarga. Kalaupun sudah tidak lagi, altar sembahyang leluhur tetap mereka rawat.
Banyak makam tua masih utuh, bahkan yang berasal dari awal abad ke-19. Suatu referensi berharga dalam melacak silsilah keluarga-keluarga.
Para pekerja di perkebunan tembakau masih menggunakan istilah-istilah kerja yang berasal dari bahasa Hokkian. Suatu warisan budaya tidak berwujud (intangible) yang menunggu untuk diteliti dan dikonservasi.
Namun pergantian zaman tetap saja menggerus warisan budaya di mana pun juga. Mengonservasi bangunan-bangunan tua, apalagi mendiaminya dan tetap merawatnya, seperti yang dilakukan oleh penduduk lokal Parakan merupakan inisiatif awal yang akan menjauhkan warisan budaya mereka dari kepunahan.
Chris Dharmawan, penduduk lokal Parakan, melangkah lebih jauh: mengawinkan keindahan seni Peranakan Tionghoa dengan seni modern dan kontemporer untuk melahirkan keindahan baru yang eklektik. Dengan demikian ia meletakkan warisan budaya leluhurnya dalam pigura dan konteks baru, sekaligus menjadikan yang lama tetap relevan dalam konteks baru.
Buku ini adalah jendela yang akan mengajak anda menikmati semua itu.
Tidak tersedia versi lain