Text
Trimurti : Menelusuri jejak sintesa, dan geneoligi berdirinya pondok modern Gontor
Berawal dari kisah Ibu Nyai Santoso yang bermimpi melihat seekor ayam betina dan tiga ekor anak ayam di dalam masjid di sebelah rumahnya. Tiba-tiba seorang yang tidak dikenal mendatanginya seraya berpesan agar ketiga anak ayam tersebut dipelihara dengan baik.
Bagi seorang yang jiwanya bersih dan penuh prihatin, mimpi tidak hanya menjadi bunga tidur, namun isyarat yang benar yang datang dari bisikan Tuhan. Maka, pikiran dan firasat Ibu Nyai Santoso hanya terpatri pada tiga putranya: R. Ahmad Sahal, R. Zainuddin Fananie, dan R. Imam Zarkasyi.
Sejak itu, ketiga putranya benar-benar dijaga, dididik, dibesarkan, dan dipersiapkan sebagai generasi penerus perjuangan nenek moyangnya, untuk menghidupkan kembali Gontor Lama yang nyaris mati ditelan bumi.
Sayang, Ibu yang berhati mulia ini tidak pernah menyaksikan kebangkitan Gontor di tangan ketiga putranya yang kelak disebut dengan julukan Trimurti—tiga jiwa yang lebur menjadi satu agar kuat dan teguh dalam melaksanakan cita-cita luhur. Beliau hanya berwasiat agar mereka kembali menghidupkan Gontor.
***
Inilah Buku Pertama Tetralogi Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Kalau kita menghitung dari Trimurti saat menghidupkan kembali Pondok Gontor dengan warna dan nuansa baru, kini berarti Pondok Modern Darussalam Gontor berusia 90 tahun. Sedangkan kalau merujuk lebih ke belakang, ke era pendiri Pondok Gontor Lama Kyai Sulaiman Djamaluddin (1750-an), kini Gontor berarti berusia 266-an tahun.
Tidak tersedia versi lain