Buku ini berisikan kisah-kisah mengenai sosok pribadi-pribadi Yesuit yang telah mewarnai perjalanan Provindo (Provinsi Indonesia Serikat Jesus) selama beberapa dekadae terakhir ini. Kisah-kisah ini bukanlah terutama merupakan rekaman "sejarah," melainkan semacam "babad" dalam tradisi Jawa, yakni kisah yang membentuk dasar-dasar dan fundasi identitas kita secara bersama-sama sebagao Provindo, se…
Saat mesin kaderisasi politik dan sistem birokrasi pemerintahan seolah mandek dalam membidani dan melahirkan pemimpin dan kepemimpinan yang diharapkan rakyat, dan di saat harapan untuk itu seolah berujung tak bertepi, muncul sosok-sosok yang tidak hanya pandai beretorika, tetapi juga memberi inspirasi dengan kerja nyata. Apa yang mereka katakan, itu pula yang dilakukan. Mereka bekerja, melayani…
Setidak-tidaknya Kardinal beberapa tahun berselang pernah memimpin rombongan tokoh-tokoh lintas agama, saya termasuk, menziarahi Paus Yohanes Paulus II di Vatikan, saat sedang sakit. Dengan tangan yang sedikit gemetar Paus telah menerima kedatangan kami dengan penuh suasana persahabatan. Begitu juga saat Aceh baru saja dilanda tsunami dahsyat, Desember 2004, pada tahun 2005, lagi-lagi Kardinal …
Diterbitkan dalam rangka 80 tahun Kardinal Julius Darmaatmadja SJ, menuturkan kehidupannya, mulai kelahiran sampai memasuki masa purnakarya yang disusun secara kronologis. Dikenal seperti burung merpati. Saat muda dan segar ia keluar dari "sarang"nya, terbang berkeliling ke mana roh mengarahkannya. Mencari makna hidup. Memberi makna atas hidup. Ketika senja tiba, ia kembali ke "sarang"nya untuk…
Dar!!! Tiba-tiba terdengar ledakan yang sangat keras. Kerumunan orang langsung berpencar. Sementara itu, beberapa pengawal melindungi sang pemimpin negara. Ya, itulah peristiwa Cikini. Penggranatan terhadap Soekarno yang saat itu sedang menghadiri perayaan ulang tahun Perguruan Cikini. Selain peristiwa Cikini, percobaan pembunuhan terhadap Soekarno juga sudah terjadi berulang kali. Setelah di…
Tan Malaka (1984-1949) pada tahun 1942 kembali ke Indonesia menggunakan nama samaran sesudah dua puluh tahun mengembara. Pada masa Hindia Belanda ia bekerja untuk Komintren (organisasi komunis revolusioner internasional) dan pasca-1927 memimpin Partai Politik Indonesia yang ilegal dan antikolonial. Ia tidak diberi peranan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, tokoh Tan Malaka …