Gandangdewata berasal dari dua kata, yaitu gandang yang artinya gendang dan dewata yang artinya dewa. Puncak Tanete Gandangdewata, dari jauh, terlihat seperti batu besar yang berbentuk bulat menyerupai gendang raksasa. Gunung Gandangdewata merupakan salah satu gunung tertinggi yang terletak di Kabupaten Mamasa, di bagian barat Sulawesi dan merupakan gunung tertinggi kedua setelah Gunung Latimoj…
Jalawure (Garut), kecondang (Karimunjawa), oto'o (Madura: Desa Langsar, Sumenep), lorkong atau to'toan (Kangean), serta nubong atau genubong (Pulau Bangka-Belitung) merupakan nama daerah untuk Tacca leontopetaloides atauTaka. Taka merupakan salah satujenis umbi-umbian liar yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Oleh karena itu, jenis ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber pa…
Perubahan iklim sering dialami oleh Indonesia, baik kekeringan di beberapa wilayah maupun peningkatan intensitas curah hujan yang berdampak pada banjir, erosi, dan longsor. Kondisi ini mengharuskan kita lebih waspada dan berbenah, apa yang sebaiknya kita lakukan untuk “menabung” air agar melindungi sumber mata air dari kekeringan. Selain itu, perlunya menyiapkan resapan agar air hujan dapat…
Buku ini berisi panduan tata cara penelaahan dan penilaian naskah buku yang dapat diacu oleh penulis dan penelaah, sebagai bagian utama dari proses penerbitan buku ilmiah di LIPI Press. Secara khusus, buku ini memberikan informasi rinci mengenai ketentuan buku ilmiah yang diterbitkan serta mekanisme penilaian dan penelaahan naskah buku dan merupakan revisi dari edisi tahun 2016 dan merupakan …
Indonesia adalah sebuah Negara Kepulauan (Archipelagic States) terbesar di dunia dengan budaya masyarakatnya Budaya Bahari. Namun sudah lebih dari tiga abad lamanya, terhitung sejak kejatuhan Kesultanan Makasar pada abad ke-17 hingga Orde Baru tahun 1998, budaya tersebut seolah-olah ditinggalkan oleh "pemiliknya". Perhatian terhadap kebaharian barulah "disadari" kembali sejak tahun 1999, yaitu …
Once upon a time, there was a village on the banks of Komering River’s confluent. It was called Perigi. Perigi was located in what is now Kayuagung City, Ogan Komering Ilir (OKI) Regency, around sixty kilometers to the southeast of Palembang, South Sumatera. It was a peaceful, lush, and beautiful village. Huge trees with wide dense leaves grew all over the village. The people got clear wate…